Baaa...
Taaa...
Ba ta tsa...
Na Da Ma...
Mulut Sofyan dengan lancarnya membaca satu persatu huruf yang ada di IQRA' 3...
Ia masih dengan lancarnya membaca huruf Hijayyah, walaupun tadi harus di marahin emaknya dulu supaya ia mau pergi ngaji -_- ...
Pemandangan ini sudah lama saya tak lihat sejak semester 3 dulu...
Waktu itu Alhamdulillah saya masih diberi kesempatan untuk mengajar anak-anak mengaji dekat rumah...
Nah, ada yang masih ingat Buku IQRA'
sewaktu kita kecil, jilid 1-6 ? (bagi yang gak pernah ngaji, pasti gak tau -_-), kalau kita balik, di belakang nya ada mars TK-TPA serta foto seorang kakek tua dengan memakai jaz serta dasi, tak lupa pula dengan kopiahnya. Siapakah dia? pertanyaan ini memang dulu tak muncul ketika zaman saya kecil, hanya melihatnya sepintas, namun ketika mengajar, selalu bertanya-tanya, siapakah beliau ? ternyata tak lain ialah "Pengarang Iqra' tersebut". Semoga pahala
terus mengalir untuk beliau, karena kita sekarang sudah lancar
mengaji. Beliau adalah K.H. As’ad Humam. Sesekali, kita juga perlu tau dan mengingat beliau, tanpa beliau kita gak mungkin bisa ngaji lancar seperti saat ini (yah.. walaupun rasa-rasanya saya belum lancar ngaji... heheh ^^v)
Akhwatmuslimah.com – Memang tak banyak orang yang mengenal K.H. As’ad Humam. K.H. As’ad
Humam lahir pada tahun 1933. Beliau mengalami cacat fisik sejak remaja.
Beliau terkena penyakit pengapuran tulang belakang, dan harus menjalani
perawatan di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta selama satu setengah tahun.
Penyakit inilah yang dikemudian hari membuat As’ad Humam tak mampu
bergerak secara leluasa sepanjang hidupnya. Hal ini dikarenakan sekujur
tubuhnya mengejang dan sulit untuk dibungkukkan. Dalam keseharian,
sholatnya pun harus dilakukan dengan duduk lurus, tanpa bisa melakukan
posisi ruku’ ataupun sujud. Bahkan untuk menengok pun harus membalikkan
seluruh tubuhnya. Beliau juga bukan seorang akademisi atau kalangan
terdidik lulusan Pesantren atau Sekolah Tinggi Islam, beliau hanya
lulusan kelas 2 Madrasah Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta (Setingkat
SMP).
Nama asli dari KH As’ad Humam hanyalah As’ad saja, sedangkan nama
Humam yang diletakkan dibelakang adalah nama ayahnya, H Humam Siradj. KH
As’ad Humam (alm) tinggal di Kampung Selokraman, Kotagede Yogyakarta.
Ia adalah anak kedua dari 7 bersaudara. Darah wiraswasta diwariskan
benar oleh orang tua mereka, terbukti tak ada satu pun dari mereka yang
menjadi Pegawai Negeri Sipil. KH Asad Humam sendiri berprofesi sebagai
pedagang imitasi di pasar Bringharjo, kawasan Malioboro Yogyakarta.
Profesi ini mengantarnya berkenalan dengan KH Dachlan Salim Zarkasyi.
Berawal dari silaturahim ini kemudian KH As’ad Humam mengenal metode
Qiroati.
Dari Qiroati ini pula kemudian muncul gagasan-gagasan KH As’ad Humam
untuk mengembangkannya supaya lebih mempermudah penerimaan metode ini
bagi santri yang belajar Al Quran. Mulailah KH As’ad Humam
bereksperimen, dan hasilnya kemudian ia catat, dan ia usulkan kepada KH
Dachlan Zarkasyi.
Namun gagasan-gagasan tersebut seringkali ditolak oleh KH Dachlan
Salim Zarkasyi, terutama untuk dimasukkan dalam Qiroati, karena
menurutnya Qiroati adalah inayah dari Allah sehingga tidak perlu ada
perubahan. Hal inilah yang pada akhirnya menjadikan kedua tokoh
”berkonflik”. Sehingga pada akhirnya muncullah gagasan KH As’ad Humam
dan Team Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushalla (Team Tadarus “AMM”)
Yogyakarta untuk menyusun sendiri dengan pengembangan penggunaan cara
cepat belajar membaca Al-Qur’an melalui metode Iqro. [sumber: majelis ribaathulmuhibbiin]
Sumber :Akhwatmuslimah.com –
0 komentar:
Posting Komentar